EKSTRAKSI DENGAN PELARUT MINYAK ATSIRI
Prinsip dari ekstraksi ini adalah melarutkan minyak atisiri yang terdapat dalam simplisia dengan pelarut organik yang mudah menguap. Simplisia diekstraksi dengan plarut yang cocok dalam suatu ekstraktor pada suhu kamar, kemudian pelarut diuapkan dengan tekanan yang dikurangi. Dengan cara ini diperlukan banyak pelarut sehingga biaya cukup mahal dan harus dilakukan oleh tenaga ahli. Sebagai pelarut biasanya dipakai eter minyak tanah.
Pelarut yang baik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Melarutkan sempurna komponen dari minyak atsiri yang terdapat dalam tanaman.
b. Mempunyai titik didih rendah.
c. Tidak bercampur dengan air.`
d. Inert, tidak bereaksi dengan komponen minyak atsiri.
e. Mempunyai satu titik didih, bila diuapkan tidak meninggalkan sisa.
f. Harga murah.
g. Bila mungkin tidak mudah terbakar.
Pelarut yang paling banyak digunakan adalah eter minyak tanah. Alkohol tidak baik digunakan karena alkohol melarutkan air yang terdapat dalam tanaman. Untuk simplisia tertentu alkohol menghasilkan bau yang tidak enak. Alkohol baik digunakan untuk simplisia kering. Sari yang diperoleh dikenal dengan nama tingtur yang banyak digunakan untuk sediaan farmasi. Ekstraksi dengan pelarut mudah menguap, banyak digunakan di berbagai negara dan secara umum dapat dipakai untuk sediaan farmasi. Ekstraksi dengan pelarut mudah menguap, banyak digunakan di berbagai negara dan secara umum dapat dipakai untuk bermacam simplisia dan diperoleh minyak atsiri sesuai dengan aslinya.
Ekstraksi dengan pelarut organik umumnya digunakan untuk mengekstraksi minyak atsiri yang mudah rusak oleh pemanasan dengan uap dan air. Cara ini baik untuk mengekstraksi minyak dari bunga-bungaan, misal: bunga cempaka, melati, mawar, dll.
Cara kerja ekstraksi dengan pelarut menguap cukup sederhana, yaitu dengan cara memasukkan bahan yang akan diekstraksi ke dalam ketel ekstraktor khusus dan kemudian ekstraksi berlangsung secara sistematik pada suhu kamar, dengan menggunakan petroleum eter sebagai pelarut. Pelarut akan berpenetrasi ke dalam bahan dan melarutkan minyak bunga beserta beberapa jenis lilin dan albumin serta zat warna. Larutan tersebut selanjutnya dipompa ke dalam evaporator dan minyak dipekatkan pada suhu rendah. Setelah semua pelarut diuapkan dalam keadan vakum, maka diperoleh minyak bunga yang pekat. Suhu harus tetap dijaga tidak terlalu tinggi selama proses ini. Dengan demikian uap aktif yang terbentuk tidak akan merusak persenyawan minyak bunga. Jika dibandingkan dengan mutu minyak bunga hasil penyulingan, maka minyak bunga hasil ekstraksi menggunakan pelarut lebih mendekati bau bunga alamiah. Semua minyak yang diekstraksi dengan pelarut menguap mempunyai warna gelap, karena mengandung pigmen alamiah yang bersifat tidak dapat menguap. Sebaliknya hasil penyulingan uap, umumnya berwarna cerah dan bersifat larut dalam alkohol 95%.
Dalam industri parfum, sebagian besar produksi minyak atsiri modern dilakukan dengan ekstraksi, dengan menggunakan sistem pelarut yang berdasar pelarut yang mudah menguap seperti eter minyak tanah. Keuntungan utama ekstraksi adalah suhu yang bisa dipertahankan kurang lebih 50oC selama proses. Hasilnya minyak atsiri yang didapat mempunyai bau yang lebih alami yang tidak dapat ditandingi minyak suling. Hal ini karena selama penyulingan, dengan suhu yang tinggi, dapat mengubah konstituen minyak atsiri. Namun demikian, metode penyulingan operasionalnya lebih murah dibandingkan dengan proses ekstraksi.
Simplisia dimasukkan ke dalam ekstraktor dan selanjutnya pelarut oraganik murni dipompakan ke dalam ekstraktor. Pelarut organik akan menembus ke dalam ekstraktor. Pelarut organik akan menembus ke dalam jaringan simplisia dan akan melarutkan minyak serta bahan lainnya seperti dimar dan lilin. Komponen tersebut merupakan pengotor, dan dipisahkan dengan cara penyulingan pada suhu rendah dan tekanan rendah. Dengan cara penyulingan ini diperoleh campuran pelarut dan minyak atsiri disebut concrete.
Pemurnian concrete (pelarut + minyak atsiri) ini dilakukan dengan melarutkan dalam alcohol, diambil fase alcohol. Fase alcohol ini didinginkan 0oC, diperoleh minyak atsiri dalam alcohol dan lilin. Dilakukan penyaringan terhadap campuran ini, diambil fase minyak atsiri dalam alkohol. Untuk memisahkan alkohol dan minyak atsiri, dilakukan penyulingan pada tekanan dan suhu rendah, akan diperoleh alkohol dan minyak atsiri murni.
Mengapa untuk memisahkan alkohol dengan minyak atsiri harus dilakukan penyulingan pada tekanan rendah dan suhu rendah dan bagaimana jika proses penyulingan tersebut tidak dilakukan pada tekanan dan suhu yang rendah, apakah ada pengaruhnya terhadap pemisahan alkohol dengan minyak atsiri?
BalasHapusMengapa harus menggunaka petrolium eter sebagai pelarutnya dan bagaimana jika minyak tidak dipekatkan pada suhu rendah?
Menurut saya Karena apabila pada tekanan suhu tinggi proses penyulingan akan terbakar dan akan berakibat buruk. Dan apabila di pisahkan melalui suhu yang tinggi akan tidak terpisah, karena sama-sama mendidih.
BalasHapusAlkohol memiliki sifat mudah terbakar sehingga diperlukan tekanan dan suhuyang rendah.Perlunya petrolium dikarenakan senyawa tersebut diuapkan dan mudah menguap yang mudah dipisahkan dari ekstrak.
BalasHapusmenurut saya mengapa harus menggunaka petrolium eter sebagai pelarutnya karena petroleum eter itu kan senyawa yang volatile atau senyawa yang mudah menguap sehingga mudah dipisahkan dari ekstrak.
BalasHapusMengapa untuk memisahkan alkohol dengan minyak atsiri harus dilakukan penyulingan pada tekanan rendah dan suhu rendah itu dikarenakan apabila pemisahan alkohol itu dilakukan pada suhu tinggi dia akan mudah terbakar karena alkohol merupakan senyawa yang mudah terbakar.